3 November 2007

Menyikapi Musibah

Bunga di Pangalengan setelah hujan lebat

Pekan lalu saya berjumpa dengan teman-teman SMA dalam acara silaturahmi. Saya dan istri sempat bertemu dengan seorang teman yang baru mengalami mushibah.

Teman saya pada bulan Juli yang lalu kehilangan putra pertamanya yang duduk di kelas 3 SMP pada suatu kecelakaan lalu lintas. Sekitar dua setengah bulan kemudian, pada bulan Ramadhan, teman saya diberi mushibah yang lain, rumahnya habis terbakar. Saat itu jalan menuju rumahnya yang berada di daerah Pondok Gede sedang diperbaiki, sehingga tidak memungkinkan mobil pemadam kebakaran untuk tiba dengan cepat dan rumah teman saya tersebut tidak diasuransikan.

Teman saya sudah berhenti bekerja sejak kelahiran anaknya yang kedua, bersama suaminya berwiraswasta dan salah satu bidang usahanya membuka usaha menjahit dan busana muslimah.

Saya dan istri sempat berbincang cukup lama dengannya, berikut ini beberapa hikmah berharga yang bisa dipetik dari beliau:

*Semua ni'mat Allah bila ingin diambil dapat dilakukan dalam sekejap.
Teman saya telah mengalami cobaan yang demikian berat saat sang putra dipanggil secara tiba-tiba oleh Allah SWT dan menyaksikan harta yang dikumpulkan bertahun-tahun habis terbakar dalam waktu satu jam saja.

*Kehilangan anggota keluarga terasa jauh lebih berat daripada kehilangan harta.
Harta insya Allah bisa dicari kembali namun kehilangan putra tidaklah demikian.

*Teman-teman adalah harta yang amat terasa nilainya pada saat mengalami musibah.
Pada saat mushibah, dukungan dan do'a teman-teman sangat membantu meringankan beban yang ditanggung.

Mudah-mudahan teman saya selalu diberikan kesabaran dan bimbingan dari Allah SWT .... Amiin.

Tidak ada komentar: