11 Februari 2009

Kisah Thalut melawan Jalut

Bunga di rumah orang tua

"Wahai Tuhan kami, tuangkanlah kesabaran/ketabahan atas diri kami, dan kokohkanlah kaki kami dan menangkanlah kami terhadap orang-orang kafir". Al-Baqarah (2):250

Kuliah shubuh pada hari Ahad tanggal 28 Muharam 1430 H (25-01-2009) di Masjid Al-Hakim disampaikan oleh Ustadz Dr. Anwar yang biasa memberikan kajian tafsir tematik. Pada hari itu beliau membahas tafsir Surah Al-Baqarah ayat 246 hingga 252 yang berisi pelajaran dari kepemimpinan Thalut saat mengalahkan Jalut.

Masa setelah Nabi Musa a.s. wafat dan kemunculan Nabi Daud a.s. ada kekosongan kenabian selama beberapa ratus tahun, saat itu hanya ada beberapa Nabi setempat (lokal) diantaranya bernama Syamwil atau disebut juga Syam'un . Bani Israil meminta pada Nabi Syamwil untuk menunjuk seorang pemimpin, karena ada penguasa yang 'rakus' menjajah daerah yang luas untuk kepentingan kerajaannya sendiri, tetapi Nabi Syamwil mempertanyakan apakah Bani Israil siap untuk berperang bila sudah diwajibkan oleh Allah ? Ternyata setelah diwajibkan berperang banyak Bani Israil yang tidak mau berperang.

Nabi mereka berbicara bila Allah SWT telah mengutus Thalut sebagai pemimpin, tetapi ditolak oleh Bani Israil karena Thanlut dianggap orang miskin, ada riwayat yang menyebutkan bila Thalut adalah seorang tukang kebun. Namun Nabi mereka menyebutkan bila Thalut mempunyai kelebihan Ilmu dan fisik, salah satunya keahlian untuk membuat perkiraan (forecast), mungkin membuat rencana jangka panjang, hingga 10 tahun ke depan. Diriwayatkan pula bila Thalut juga memiliki kelebihan fisik yang mampu mendirikan tembok benteng yang pernah diangkat oleh 80 orang.

Nabi Syamwil mengatakan bila tanda kekuasaan kerajaan Thalut adalah datangnya kotak (Thabut) yang isinya akan memberikan ketenangan. Pada saat kekosongan antara Nabi Musa dan Daud banyak versi Taurat, tetapi Thabut disebutkan sebagai Taurat peninggalan keluarga Nabi Musa yang menegaskan tentang legitimasi kepemimpinan Thalut.

Kebijakan pertama Thalut setelah diangkat sebagai pemimpin adalah melakukan perjalanan bersama pasukannya menuju tempat Jalut yang jauh dan panas. Thalut berpesan pada pasukannya bila nanti melewati sungai, jangan meminum airnya, kecuali satu ciduk. Thalut sebagai pemimpin yang membuat aturan, namun ternyata hanya sedikit dari anggota pasukan yang mengikuti pesan Thalut untuk tidak memuaskan nafsunya dengan minum air sungai sebanyak mungkin. Pasukan yang minum air banyak ini tidak sanggup melanjutkan perjalanan untuk bertempur dengan Jalut. Thalut bersama pasukan yang sedikit ini berdo'a saat menghadapi Jalut dan tentaranya, do'a yang diucapkan : "Rabbana afrigh 'alaina shabrawwatstsabits 'aqdaamana wanshurna 'aalal qaumil kaafirin", " Wahai Tuhan kami, tuangkanlah kesabaran/ketabahan atas diri kami, dan kokohkanlah kaki kami dan menangkanlah kami terhadap orang-orang kafir".

Thalut bersama pasukannya mengalahkan tentara Jalut dengan izin Allah. Diantara pasukan Thalut ada Daud yang masih belia, namun dapat membunuh Jalut. Sebagian tafsir menyebutkan, karena masih belia, Thalut tetap memimpin selama 10 tahun, hingga Daud menerima hikmah yang berarti kenabian.

Mudah-mudahan bermanfa'at .... aamiin.

1 komentar:

Anonim mengatakan...

Flower is very nice