27 Oktober 2008
Mengkondisikan Lingkungan
Tabloid Dialog Jumat,suplemen koran Republika, tanggal 10 Oktober 2008, mengemukakan topik tentang kegiatan setelah Ramadhan. Salah satu artikelnya berupa wawancara dengan Prof. Dr. KH Quraish Shihab. Pertanyaan pertama yang diajukan, dan menurut saya merupakan pertanyaan pokok dari rangkaian wawancara ini adalah "Bagaimana menjaga hati agar senantiasa seperti berada di Bulan Ramadhan ?" Jawaban Pak ustadz Quraish, kurang lebihnya, adalah dengan mengkondisikan lingkungan agar seperti pada bulan Ramadhan, lingkungan ini seperti keluarga, teman, bacaan, dan media lainnya, karena faktor lingkungan sangat dominan.
Mudah-mudahan bermanfa'at ....aamiiin.
20 Oktober 2008
S3 di Al-Hakim
S3 pada tulisan ini bukan suatu program doktoral di lingkungan pendidikan formal, tetapi berarti Safari Sabtu Shubuh, salah satu kegiatan rutin akhir pekan FMMB (Forum Masjid dan Musholla BSD dan sekitarnya).
Pada hari Sabtu, 18 Oktober 2008 yang lalu, Masjid Al-Hakim menjadi tuan rumah kegiatan S3 dan kebetulan hari itu daerah Serpong sedang mendapat giliran pemadaman listrik. Walaupun adzan shubuh tidak menggunakan pengeras suara, dan masjid Al-Hakim hanya diterangi dengan cahaya lilin, namun jama'ah shalat shubuh yang hadir ada lebih dari empat baris dan saat tausiyah banyak jama'ah yang datang menyusul.
Alhamdulillah, sekitar pukul enam pagi listrik hidup kembali.
Pada acara tausiyah S3, Ustadz Fikri Thariq menyampaikan riwayat bila seseorang yang masuk surga bukan semata karena 'amalnya, namun karena rahmat-Nya ( kasih sayang Allah), riwayat tersebut menyebutkan saat 'amal shalih orang tersebut ditimbang dengan rahmat-Nya, hasilnya jauh lebih berat kadar timbangan rahmat Allah SWT. Pak Ustadz juga menyampaikan untuk tidak menganggap remeh amal-amal yang kita lakukan, mungkin saja suatu 'amal buruk yang kita anggap sepele, justru mengakibatkan murka Allah dan sebaliknya suatu 'amal shalih yang kita anggap ringan seperti menyingkirkan paku di jalan menyebabkan datangnya rahmat Allah SWT.
Mudah-mudahan bermanfa'at .... aamiiin.
12 Oktober 2008
Menuju Tauhid
I'tikaf Ramadhan 1429H di Masjid Al-Hakim diikuti oleh sekitar 30 peserta. Beri'tikaf adalah amaliah sunah dan bila lebih diperhatikan latar belakangnya, peserta i'tikaf di Masjid Al-Hakim berasal dari berbagai 'aliran' pemahaman. Salah satunya adalah kelompok Jama'ah Tabligh. Kelompok ini berda'wah mengajak kaum muslimin untuk memakmurkan masjid dengan shalat berjama'ah. Dalam melakukan da'wahnya Jama'ah Tabligh mempunyai aturan yang harus diikuti seperti tidak membahas politik, tidak membuka aib, tidak membicarakan khilafiyah (perselisihan pendapat fiqh), dan tidak membicarakan pangkat, jabatan, serta sumbangan.
Saya mendapatkan keterangan tersebut dari seorang peserta Jama'ah Tabligh yang telah saya kenal, yang sehari-harinya berprofesi sebagai teknisi pembersih AC, dan memperbaiki barang-barang listrik peralatan rumah di sekitar BSD. Usianya sudah tidak muda, mungkin berusia sekitar 50 tahunan, namun sangat gesit dan sangat tulus melayani para jama'ah (berkhidmat). Beliau sering mendapat tugas mencuci peralatan makan para peserta i'tikaf dan peserta buka puasa. Selain ini beliau juga cukup sering bertugas memasak untuk sahur dan dengan kreatifitasnya bisa memasak sisa nasi saat berbuka menjadi nasi goreng yang enak saat sahur. Sisa nasi tersebut ada karena saat berbuka turun hujan lebat, sehingga sedikit tamu yang hadir di Masjid Al-Hakim. Alhamdulillah sumbangan jama'ah untuk keperluan berbuka dan sahur sangat cukup, sehingga ada pengusaha restoran yang rutin menyumbangkan soto, martabak dan tahu goreng, dan ada jama'ah yang membelikan makanan lainnya, serta Masjid Al-Hakim juga menyediakan beberapa karton air minum dan mie kemasan. Bapak tadi juga sigap melayani permintaan pembuatan mie rebus, terutama dari peserta anak-anak yang tidak berselera saat makan sahur.
Bapak tersebut menyampaikan bila saat berda'wah hanya menyampaikan dan mengajak, yang memberi hidayah adalah Allah SWT... ada sebuah rangkaian kata-kata bijak menuju tauhid yang memberi makna kalimat Laa ilaaha illaLlah yang diucapkan oleh beliau ...
Obat tidak menyembuhkan, yang menyembuhkan adalah Allah
Obat menyembuhkan berhajat pada Allah
Allah menyembuhkan tidak berhajat pada obat
Dengan obat bisa sembuh atas izin Allah
Tanpa obat bisa sembuh atas izin Allah
Laa ilaaha iIlaLlaah ...
Makanan tidak mengenyangkan, yang mengenyangkan adalah Allah
Makanan mengenyangkan berhajat pada Allah
Allah mengenyangkan tidak berhajat pada makanan
Dengan makanan bisa kenyang atas izin Allah
Tanpa makanan bisa kenyang atas izin Allah
Laa ilaaha illaLlah ...
Allah Sang Khaliq,Sang Maha Pencipta, selain daripada Allah adalah makhluq atau ciptaan Allah. Apapun yang ada di dunia ini, baik yang disebut dengan leluhur, jin, setan, gunung, bulan, atau planet, semua itu adalah makhluq, semua itu ciptaan Allah...
Mudah-mudahan bermanfa'at .... aamiin
5 Oktober 2008
Saling Mema'afkan
Kuliah Shubuh, hari Ahad, 28-Ramadhan-1429H, di Masjid Al-Hakim diisi oleh ustadz Dr. Muhammad Anwar. Tema kuliah pagi itu tentang 'Iedul Fitri yang membahas makna 'Ied, kebiasaan pengucapan salam dan do'a di Indonesia dan saling mema'afkan.
Ada beberapa tingkatan orang yang saling ma'af dan mema'afkan. Tingkatan pertama adalah orang yang meminta ma'af atas semua kesalahannya. Tingkatan yang kedua adalah orang yang memberikan ma'af dan tingkatan yang ketiga atau yang tertinggi adalah orang yang memberikan ma'af tanpa diminta, bahkan mungkin tidak diketahui oleh orang yang telah menyakiti atau menyinggung hatinya.
Ada hadirin yang memberikan keterangan tambahan bila saling mema'afkan bukan hanya setahun sekali pada saat hari raya idul Fitri saja, tetapi setiap ada kesempatan seperti bersalaman setelah shalat wajib di masjid.
Mudah-mudahan bermanfa'at ... Aamiin ... Mohon ma'af lahir dan bathin ....
Langganan:
Postingan (Atom)