24 Juni 2006
Oh Timor Leste
Krisis politik sampai hari ini di Timor Leste mengungkapkan bila negara kecil itu tidak menjadi lebih makmur setelah merdeka . Salah satu pemicu permasalahan yang memanas di sana adalah ketika ratusan tentara diberhentikan karena alasan-alasan tertentu, ada beberapa versi alasan yang saya tangkap: karena tentara-tentara tersebut berasal dari bagian barat Timor Leste atau karena mereka tidak profesional, ada pula yang mengatakan bila krisis politik tersebut timbul karena Xanana sebelumnya telah mengatakan bila dia tidak bersedia dipilih lagi untuk Pemilu yang akan datang, sehingga elite politik di Timor Leste saling berebut pengaruh dan kekuatan. Hmm …politik dikenal dengan intrik-intrik yang kadang orang awam tidak tahu apa sebenarnya yang terjadi dibalik suatu peristiwa …tapi yang terlihat, paling tidak di layar televisi dan koran, antrian penduduk yang sangat panjang untuk memperoleh bahan makanan, pembakaran rumah-rumah penduduk dan penjarahan kantor pemerintah, ada foto dramatis di koran, seorang penduduk yang memanggul sendirian filing cabinet! Karena simpang siurnya berita, ada tuduhan bila pemerintah Indonesia terlibat dengan alasan untuk menghilangkan bukti-bukti kejahatan perang. Isu ini kemudian dibantah oleh pemerintahan Timor Leste dan Australia. :)
Dua pekan yang lalu saya makan siang bersama seorang bapak di suatu desa yang jauh dari Jakarta. Bapak tersebut berusia sekitar 65 tahunan, bapak ini mengatakan bila kasus di Timor Leste ini ada miripnya dengan suasana setelah Indonesia merdeka. Saya kagum dengan beliau yang masih mengikuti perkembangan berita manca negara, kekaguman saya yang pertama, bapak ini bukan berlatar belakang militer atau pejabat pemerintahan, bapak ini pernah jadi guru madrasah kemudian berhenti selanjutnya menjadi pengemudi kendaraan dinas untuk beberapa tahun saja. Sebagian besar usia beliau dihabiskan dengan bekerja bermacam-macam termasuk membantu usaha istrinya. Kekaguman saya yang kedua adalah saat beliau berpendapat bila masalah di Timor Leste ada persamaannya dengan Indonesia dulu. Berikut ini kurang lebih pendapat beliau: Setelah Indonesia merdeka, masih ada beberapa pertempuran. Perlawanan pejuang Indonesia, yang kalau tidak salah disebut clash ke dua ini, melibatkan banyak unsur-unsur masyarakat yang juga telah bertempur saat melawan pendudukan Jepang. Setelah perang selesai, pemerintahan Indonesia ingin membentuk tentara yang lebih profesional, dan membubarkan BKR dan TKR ( kalau ndak salah Barisan Keamanan Rakyat dan Tentara Keamanan Rakyat). Hanya sedikit sekali orang-orang yang diambil menjadi tentara oleh negara Indonesia, karena sebagian besar pejuang adalah orang yang buta huruf atau kurang berpendidikan atau memang tidak berminat menjadi tentara. Bapak yang makan siang bersama saya, mengatakan kurang lebih,’waktu perang yang dibutuhkan hanya orang-orang yang berani tanpa memandang persyaratan yang lain’. Pembubaran BKR/TKR menimbulkan beberapa akibat yang negatif, diantaranya orang-orang yang kecewa, kurang punya keahlian dan berpikiran singkat menjadi ‘preman’ bersenjata. Mereka merampok dan membakar pasar. Mereka mengambil harta dari pedagang-pedagang yang dianggap pernah berpihak kepada Belanda. Bapak ini menambahkan bila selain itu banyak pejuang yang setelah menunaikan tugasnya kembali menjadi pengajar di pesantren atau madrasah, contohnya KH Nur Ali Bekasi atau kembali menjadi petani dan pedagang.
Mungkin kuncinya adalah keikhlasan …wallahu’alam.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
2 komentar:
kunci yang sederhana ... sanggup menjawab banyak hal. pertanyaannya, seberapa mampu kita menggunakannya?
BTW, bikin link dong ke lamunan-sejenak ... :)
wah kok ndak ada apdet nya mas,
saya suka 'main' ke mari lho.
meski cuma silent reader he he
Posting Komentar