10 September 2006

Kultum : Overweight



Kemarin, Sabtu 9 September 2006, setelah shalat Shubuh, seorang warga menyampaikan kultum (berasal dari kuliah tujuh menit) di Masjid Al Hakim, Sektor 12, Kencana Loka. Dalam kultumnya, rekan saya ini menyinggung soal musibah Mandala Airlines tahun lalu. Salah satu teori penyebab jatuhnya pesawat tersebut adalah karena kelebihan beban. Teman saya yang berpengalaman mengawasi penerbangan haji menghimbau agar jamaah haji yang pulang ke tanah air tidak membawa beban yang berlebih saat pulang. Bila barang bawaan ini dibawa oleh seseorang tanpa melalui prosedur yang benar, seperti misalnya ‘menyuap’ petugas, berarti orang tersebut telah men-zalimi penumpang yang lain, karena pesawat yang ditumpangi bersama bisa mengalami gangguan. Persoalan jamaah haji yang pulang membawa beban berlebih bukan hanya ada pada jamah haji Indonesia, teman saya yang juga pernah menangani jamaah haji dari benua lain pernah menemui hal yang sama bahkan menurutnya lebih rawan. Teman saya mengharapkan ada fatwa ulama untuk hal ini.

Saya setuju dengan teman saya, karena saat berhaji godaan untuk belanja atau membawa oleh-oleh sangat kuat :) Saya pikir godaan itu menyerang berbagai kalangan. Di Mekah dan Madinah ada banyak toko karpet dan permadani yang berasal dari manca negara, di Madinah di sekitar Masjid Nabi SAW ada beberapa toko buku, juga penjual makanan khas Arab dsb. Selain itu ada juga oleh-oleh gratis berupa air zam-zam yang diambil dari Masjidil Haram. Bila kurang berhati-hati, belanjaan dan oleh-oleh bisa kelebihan.

Sambil menunggu fatwa ulama tentang barang bawaan, apa yang bisa dilakukan oleh diri masing-masing adalah untuk membawa barang bawaan seberat ketentuan, karena hukum gravitasi berlaku universal, yang tidak melihat pangkat, jabatan atau kekayaan seseorang. Mungkin yang lebih mendasar lagi adalah untuk menahan diri dari keinginan berbelanja berlebihan pada saat di tanah suci … wallahu’alam.

1 September 2006

Khitan


Alhamdulillah putra kami sudah dikhitan pekan lalu. Saat liburan sekolah lalu, anak saya mengatakan :’Aku belum siap’, tapi setelah melihat teman-teman tetangga yang dikhitan,nampaknya timbul juga keberaniannya. Kami bawa ke dokter untuk konsultasi dan membuat janji khitan, dokter menyarankan untuk dilakukan dengan bius umum. Kami agak ragu, karena ada resiko anestesi, kemudian kami mencari second opinion dari dokter lain, jawabannya sama: sebaiknya dilakukan dengan bius umum (bius total), karena bila dilakukan bius lokal lebih sulit dilakukan. Jawaban dokter kedua ini lebih menenangkan karena prosesnya dijelaskan dengan jelas, seperti bagaimana meminimalkan resiko anestesinya dan setelah itu kita harus menyerahkan hasilnya pada Allah SWT. Saya mulai merasa lebih mantap untuk menjalankan khitan dengan bius umum, hingga saya dan istri menerima beberapa informasi baru tentang resiko anestesi seperti yang dimuat di sebuah koran ibukota (na'udzubillah) ada keraguan yang muncul. Kami berusaha mencari pendapat dari dokter-dokter lain, dan diperoleh third dan fourth opinion yang mengarah pada tindakan operasi dengan bius umum.

Operasi khitan dilaksanakan pada hari Kamis, 24 Agustus 2006. Putra kami masuk ruang operasi jam 10:15 pagi dan operasinya berlangsung satu jam lebih. Pada jam setengah dua belas siang, Aby dibawa ke ruang recovery. Tidak lama kemudian putra kami siuman, lega rasanya saat dia mulai berkata-kata – alhamdulillahirabbil’alamiin -. Aby mengatakan bila bekas khitannya terasa sangat sakit dan kepalanya pusing. Aby muntah hingga beberapa kali karenanya. Sebelum operasi, dokter anestesi sudah memperkirakan reaksi tersebut dan menawarkan untuk memberikan anestesi tambahan yang dapat menghindarkan efek pusing dan mual serta memperpanjang efek kebal hingga enam jam setelah operasi. Saya menolak anestesi tambahan ini, karena anestesinya diberikan melalui suntikan di antara ruas tulang belakang. Alhamdulillah keputusan untuk tidak memberikan anestesi tambahan tersebut adalah keputusan yang tepat, karena setelah Aby muntah-muntah pusingnya berkurang dan kami memberi pengertian kepada Aby untuk menahan rasa sakitnya sebentar dan menghiburnya.

Saya berterima kasih pada dokter bedah, dokter anestesi dan asisten-asistennya karena telah bersabar dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan kami dan memberikan jawaban apa adanya. Bagi mereka operasi khitan ini tergolong operasi kecil yang biasa dikerjakan sehari-hari, namun buat saya adalah hal yang tidak pernah dialami dan banyak sekali yang belum diketahui. Di ruang operasi, dokter bedah menjelaskan setiap tindakan yang dilakukan, terlihat bagaimana hati-hati dan terampilnya tangan-tangan dokter dan asistennya saat bertugas.




Untuk acara syukuran khitanan, pada awalnya kami hanya akan mengundang kerabat dekat saja, tapi akhirnya rencananya tersebut berubah. Alhamdulillah banyak teangga yang ikut membantu: ada tetangga yang mengusahakan tenda dan kursi, bahkan ikut membantu memasang hingga malam hari; ketua RT 001 yang menyediakan kipas dengan evaporatornya, pemilik kavling kosong sebelah rumah yang sudah mengizinkan untuk digunakan, tetangga yang sudah memberikan daya listrik tambahan untuk empat buah kipas yang masing-masing perlu sekitar dua ratus watt, selain itu juga pada tetangga saya dokter spesialis anak dan seorang dokter spesialis lainnya yang sudah memberikan third dan fourth opinion. Tetangga saya ini tidak bersedia untuk dibayar setelah berkonsultasi, walaupun kami telah memakai waktu prakteknya, dan juga bantuan teman-teman yang lain.


Saat acara syukuran Aby menerima banyak kado dan amplop dari para tamu. Kami membuka bersama bingkisan-bingkisan tersebut. Di dalam kado dan amplop banyak yang disertai do’a – alhamdulillah -. Diantaranya ada satu buah surat dari teman yang dilipat rapi dan ditulis tangan:

Kepada Ytc.
Ananda Aby
Di-
Rumah

Semoga Ananda dikaruniai Allah SWT kecerdasan, kepandaian dan kemudahan dalam belajar sehingga tercapai yang ananda cita-citakan.

Ananda dapat menjadi penyejuk hati dan pendingin mata orang tua ...
Ananda menjadi anak yang shaleh yang bermanfaat bagi keluarga, agama, bangsa dan negara. Amiin

Saya sangat berterima kasih pada semua yang telah ikut membantu dan mendo’akan putra kami. Mudah-mudahan Allah SWT memberikan balasan dengan yang lebih baik dan lebih banyak lagi. Amiiin