30 Januari 2007

Inner Beauty

Pagi hari yang tenang di Situ Gunung

Pada Sabtu malam lalu, saya sempat melihat potongan acara pembagian piala Golden Globe di sebuah saluran TV ibu kota. Penerima piala untuk kategori aktris komedi TV memberikan pidato singkat yang menarik. Penerima pialanya America Ferrera, pemeran Betty dalam serial “Ugly Betty” yang merupakan adaptasi dari telenovela “Betty La Fea”. Telenovela dari Colombia ini pernah juga diputar di Indonesia. Saya belum pernah melihat versi Amerika “Ugly Betty”, tapi tokoh Betty dikenal dengan wanita berkacamata tebal dan gigi dibungkus kawat.

Pidato penerimaan pialanya singkat, hanya sekitar satu menit saja, kurang lebih mengatakan bila film “Ugly Betty” menampilkan perspektif yang baru dan bahwa kecantikan dalam diri (inner beauty) adalah hal yang penting.

BMT, Klinik dan Perpustakaan Al-Hakim

Hari pertama klinik Al-Hakim

Alhamdulillah, pada hari Sabtu, 27-Januari-2007, telah diresmikan klinik untuk Dhu’afa, BMT ( Koperasi ) dan Perpustakaan Al Hakim. Untuk penyelenggaraan kegiatan-kegiatan ini, dilakukan di bangunan 2 lantai berukuran 4x8 m2 di samping Masjid Al-Hakim. Selain itu tersedia taman baca di halaman belakang berukuran sekitar 90 m2.

Bangunan tersebut sebelumnya adalah bangunan kosong selama beberapa tahun, tapi alhamdulillah Masjid Al-Hakim dapat memperoleh ijin untuk memanfaatkannya dan sejak Ramadhan 1427 H dimulailah rencana pemanfaatan bangunan tersebut, diantaranya untuk klinik dan perpustakaan.

Pada saat klinik diresmikan, sejumlah pasien datang hampir bersamaan, ada sekitar 50 orang, yang kebanyakan kaum jompo, sehingga dokter-dokter dan perawat yang bertugas kewalahan melayani.

Jumlah buku perpustakaan yang ada saat ini baru sekitar 10 persen dari kapasitas rak yang tersedia, jadi perpustakaan Al-Hakim masih menerima infaq berupa buku baru atau bekas, buku umum atau agama, atau infaq berupa dana.

Mudah-mudahan kehadiran perpustakaan, klinik dan BMT Al-Hakim memberikan manfaat yang besar, terutama buat warga sekitarnya … amiin.

22 Januari 2007

Ahli Ilmu

Fajar di Malabar, Pangalengan

Hari ini tanggal 4 Muharam 1428 H.

Almarhum Pak ustadz Ahmad, guru mengaji kami dulu, mengajarkan sebuah pantun tentang ahli ‘ilmu. Pantun ini juga diajarkan di banyak madrasah ibtidaiyah di Jakarta dan sekitarnya. Kalau tidak salah, pantun ini diambil dari kitab Ta’limul Muta’aalim:

Kun ‘aaliman,

Au muta’aliman,

Au mustami’an,

Au muhibban,

Wala takun khaamisan, fatahlak

Artinya :

Jadilah orang berilmu,

Atau orang yang belajar,

Atau orang yang mendengarkan,

Atau orang yang mencintai ilmu,

Dan janganlah menjadi golongan yang kelima, celakalah...


Anak-anak peserta pengajian banyak yang menghafalnya karena sering kali diulang.

Pak ustadz Ahmad menjelaskan dengan logat Betawi beliau yang khas, kurang lebih demikian: jadilah orang berilmu, bila tidak berilmu maka belajarlah, dan bila tidak sanggup belajar, maka jadilah pendengar majelis ilmu. Dulu almarhum pak ustadz Ahmad memberi contoh untuk hal ini dengan anak yang tidak bisa sekolah karena kekurangan biaya, sehingga saat harus mengangon kambing atau mencari rumput, anak ini menyempatkan diri untuk mendengarkan pelajaran dari luar kelas …Bila belum menjadi orang yang berilmu, atau termasuk orang yang belajar, atau mendengarkan maka jadilah orang yang mencintai ilmu. Maksud mencintai ‘ilmu misalnya dengan menghormati orang yang berilmu dan yang sedang belajar, serta memberi kemudahan orang lain untuk belajar. Orang yang mencintai ‘ilmu, akan mendorong anak-anaknya untuk bersekolah. Pantun itu di tutup dengan ‘janganlah menjadi golongan yang kelima’, maksudnya tidak termasuk ke dalam salah satu dari empat golongan sebelumnya : orang berilmu, belajar,mendengarkan atau mencintai ‘ilmu.

Ya Allah, berilah selalu maghfirah dan rahmah Mu kepada Pak Ustadz Ahmad…

Ya Rahman, Luaskan dan terangilah kubur beliau…. Aamiin

14 Januari 2007

Penulis Lagu

Bunga di Malabar

Pada hari Rabu 3-Januari-2007, saat akan bersilaturahmi ke rumah adik di daerah Kampung Sawah, Jombang, saya melewati rumah Tito Soemarsono. Alhamdulillah, tanpa ada janji atau kontak sebelumnya, Tito ada di depan rumah bersama putra dan putrinya. Mungkin ada lebih dari sepuluh tahun kami tidak pernah duduk bersama, mengobrol dan bersilaturahmi. Kami dulu bertetangga sejak lahir di Fatmawati :) Pada kesempatan tersebut, saya memperkenalkan istri dan anak-anak saya kepada Tito.

Tito adalah penulis lagu, salah satu lagunya yang populer dinyanyikan oleh Chrisye, Kisah Cintaku:

Di malam yang sesunyi ini …

Aku sendiri tiada yang menemani …

Saat saya tanyakan apakah sekarang masih menulis lagu? Tito mengiyakan dengan nada agak tinggi :) Ada yang menarik tentang perkembangan alur penciptaan lagu: saat ini kebanyakan penulis lagu membuat lagu dengan bantuan komputer di rumah, sehingga keperluan menyewa studio musik dapat sangat dikurangi. Untuk menyewa sebuah studio musik diperlukan sedikitnya dalam waktu tujuh jam, sementara bila membuat lagu dikomputer, bila sudah siap tinggal bawa CD lagu ke produser dan tawar-tawaran harga. Bila pakai komputer, bisa sambil makan, tiduran, cari inspirasi tanpa khawatir dikejar waktu sewa studio. Selain itu menurut Tito, untuk membuat lagu dengan komputer tidak harus mengetahui chord musik atau cara bermain piano. Semua bisa difasilitasi dengan program komputer dengan baik, kecuali instrumen gitar. Tito menganggap gitaris tidak tergantikan oleh komputer :) Tito setahu saya sangat mahir bermain bas gitar dan clarinet.

Saya tidak sempat menanyakan bagaimana sebenarnya kontrak pembelian lagu dengan produser rekaman. Hal yang menarik, karena sepertinya pembelian berupa beli putus, tanpa menghitung royalti, sepertinya posisi tawar seniman musik di Indonesia lemah.

Sebelum berpisah saya mengatakan bila ingin belajar program musik pada Tito, tapi beberapa kali dikatakan cara menggunakannya gampang, di satu kesempatan Tito mengatakan bila yang diperlukan adalah ide …

Mungkin hanya Tuhan …

Yang tahu segalanya …

Apa yang kuinginkan …

Di saat-saat ini …

(Kaulah Segalanya, ciptaan Tito Soemarsono, dipopulerkan oleh Ruth Sahanaya )